HARIAN24.COM , JAKARTA - Kekalahan Timnas Indonesia dari Jepang pada lanjutan laga Kualifikasi Piala Dunia 2026 tak sepenuhnya hanya dilihat dari kacamata buruk. Penampilan Garuda juga menunjukkan aspek-aspek positif dalam kekalahan 0-4 tersebut.
Laga Indonesia vs Jepang berakhir dengan kekalahan 0-4 Garuda yang terjadi berkat gol-gol bunuh diri Justin Hubner (35'), Takumi Minamino (40'), Hidematsa Morita (49'), dan Yukinari Sugawara (69').
Timnas Indonesia bukannya tanpa peluang pada laga tersebut dan Garuda bahkan hampir mencetak gol pembuka lewat peluang Ragnar Oratmangoen.
Para pemain Merah Putih juga acap kali tidak terburu-buru dalam transisi, berani mengolah bola, dan mengajak duel para pemain Samurai Biru. Hal-hal ini menjadi catatan positif bagi pengamat sepak bola senior, Weshley Hutagalung.
"Ada satu harapan melihat gaya bermain Indonesia yang berani, terlepas dari momen-momen kebobolan," tutur Weshley dikutip dari Kompas.com, Sabtu (16/11/2024).
"Gaya bermain kita berani, berupaya meladeni permainan tim yang sudah tujuh kali lolos ke Piala Dunia dan empat kali juara Asia," sebut Weshley. "Kita turun dengan percaya diri, ini modal yang tak kita dapat sebelum-sebelumnya," lanjutnya.
Menurut mantan Pemimpin Redaksi Tabloid BOLA tersebut, aspek bermain dengan percaya diri dan keberanian menghadapi lawan yang levelnya jauh di atas Merah Putih menjadi modal besar ke depannya.
"Jepang tujuh kali masuk Piala Dunia beruntun sejak 1998 dan secara reguler menembus babak 16 besar sementara kita masih mimpi," tutur pria yang bertugas sebagai komentator pertandingan di televisi pemegang hak siar tersebut.
"Dengan mabuk (terhadap) timnas serta puja-puji (kepada mereka), harapan itu juga harus dibarengi pemikiran realistis bahwa kita bukan lawan seimbang bagi Jepang."
Weshley kemudian menegaskan bahwa para pemain menunjukkan kemampuan dan modal untuk meladeni wakil Asia terbaik, terlepas dari kesalahan-kesalahan yang terjadi dan skor akhir laga.
"Jadi aspek positifnya adalah soal keberanian dan rasa percaya diri," tuturnya melanjutkan.
"Para pemain masuk dan keluar lapangan dengan kepala tegak terlepas dari hasil laga. Ini menunjukkan kita punya kemampuan dan modal untuk meladeni wakil Asia terbaik."
"Kita menyulitkan lawan walau harus banyak belajar dalam bertahan, terutama tidak membuat kesalahan di area sendiri karena kelas lawan yang pasti akan mengeksploitasi kesalahan sedikit pun."
Terakhir, Weshley juga mengingatkan minimnya waktu berkumpul tim nasional dan kurangnya laga-laga persahabatan sejak putaran kedua kualifikasi untuk bereksperimen dengan para pemain baru di tim.
"Timnas kita ini bisa disebut tim baru," ujarnya lagi. Sedangkan, Jepang dengan fondasi sepak bola yang kuat tak perlu lagi waktu kumpul yang lama. Para pemain mereka sudah saling memahami gaya dan karakter bermain rekan-rekannya. (*)