Tradisi Baraan Momen Idul Fitri di Kepulauan Meranti

Meranti13 Dilihat

HARIAN24.COM , MERANTI - Masyarakat Kepulauan Meranti memiliki tradisi unik dalam merayakan momen Idul Fitri.

Yakni tradisi “Baraan” di Dusun 1 Pasar Tanjung Samak, Kecamatan Rangsang, Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

Tradisi ini dilakukan masyarakat setempat setiap tahun selepas Salat Idul Fitri. Masyarakat melakukan silaturahmi massal dari rumah ke rumah.

Pada hari pertama lebaran sejak pagi hari, para pria di dusun ini berkelompok dalam beberapa rombongan, biasanya mencapai tujuh kelompok.

Mereka berkeliling ke setiap rumah warga untuk bersalaman, bermaafan, dan mendoakan keselamatan bagi tuan rumah beserta keluarganya.

Nuansa kebersamaan begitu terasa saat para peserta Baraan bergerak dari satu rumah ke rumah lainnya.

Di setiap persinggahan, mereka disambut dengan hidangan khas Lebaran, mulai dari ketupat yang berpadu dengan kuah rendang, hingga berbagai kudapan tradisional yang menggugah selera.

Senyum dan tawa menghiasi setiap pertemuan, menjadikan momen ini lebih dari sekadar kebiasaan tapi juga wujud nyata dari persaudaraan yang erat di antara warga.

Bukan sekadar tradisi, Baraan adalah cerminan budaya gotong royong dan kebersamaan yang terus dijaga turun-temurun.

Di tengah arus modernisasi, masyarakat Dusun 1 Pasar Tanjung Samak tetap mempertahankan warisan ini sebagai bagian dari identitas mereka.

Ini perayaan kemenangan yang tak hanya bermakna secara spiritual, tetapi juga mempererat ikatan sosial dalam bermasyarakat.

Robert, seorang warga setempat yang sejak tiga tahun lalu kuliah beasiswa S3 Charles University, Praha, Republik Ceko tidak mau ketinggalan momen tersebut.

Walaupun lama tinggal di luar negeri, Baraan tetap menjadi momen melekat yang membuatnya selalu pulang ke kampung halaman.

“Tradisi ini mungkin tidak ada di daerah-daerah lain di Indonesia yaitu Baraan. Kami mengunjungi setiap rumah yang ada di dusun 1 pasar ini. Bayangkan setiap rumah yang mungkin dari 100 rumah,” ungkapnya.

Ia mengaku tidak letih bersama teman-teman saat melakukan tradisi ini, walaupun harus mengunjungi banyak rumah.

“Ini untuk menjaga silaturahmi kami, walaupun banyak kami yang sudah merantau dengan jerih payah susah payah kami semua kumpul di sini tidak bisa tergambarkan dan tidak ternilai pengalamannya,” imbuhnya. (*)