Oleh: DR Zulfikri Toguan
Dosen Hukum Bisnis Fakultas Hukum UIR
PERANG tarif antara dua raksasa ekonomi dunia, China dan Amerika Serikat, bukan hanya menciptakan ketegangan global, tetapi juga membawa dampak nyata bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia.
Meski konflik ini berada di luar kendali kita secara langsung, rakyat Indonesia tetap memiliki peran dan sikap strategis dalam menyikapinya.
Di tengah ketidakpastian global, masyarakat tidak bisa hanya menjadi penonton pasif. Justru saat inilah kita ditantang untuk menjadi aktor yang adaptif, kritis, dan produktif.
Meningkatkan Literasi Ekonomi Global
Hal pertama yang perlu ditekankan adalah pentingnya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap dinamika ekonomi internasional. Perang tarif bukan sekadar soal “negara A menaikkan pajak impor barang dari negara B.”
Ini adalah perang kepentingan jangka panjang yang bisa mempengaruhi harga barang di pasar lokal, nilai tukar rupiah, hingga keberlangsungan industri nasional. Dengan pemahaman yang lebih baik, masyarakat tidak mudah panik ketika menghadapi gejolak ekonomi, dan dapat mendukung kebijakan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan.
Mencintai dan Mendukung Produk Lokal
Ketika barang impor menjadi lebih mahal atau pasokannya terganggu, inilah momentum bagi produk dalam negeri untuk tampil. Rakyat Indonesia perlu mengubah pola konsumsi: dari ketergantungan pada produk asing ke loyalitas terhadap produk lokal.
Ini bukan sekadar soal nasionalisme sempit, tetapi strategi ekonomi yang mendukung stabilitas dan kedaulatan ekonomi nasional.
Adaptif dan Inovatif bagi Pelaku Usaha
Bagi pelaku UMKM maupun industri, perang tarif membuka celah pasar baru. Saat produk China dikenai tarif tinggi di AS, misalnya, Indonesia punya peluang mengisi kekosongan itu.
Namun peluang hanya bisa dimanfaatkan oleh mereka yang siap: dengan kualitas yang baik, branding yang kuat, dan kemampuan membaca pasar. Di sinilah pentingnya inovasi dan kemitraan yang lebih luas, termasuk dengan pemerintah dan swasta.
Menekan Pemerintah untuk Diplomasi Aktif dan Proteksi yang Bijak
Rakyat memiliki peran dalam demokrasi: menuntut agar pemerintah tidak hanya bertindak sebagai penonton dalam konflik dagang, tetapi juga sebagai aktor diplomatik aktif yang melindungi kepentingan nasional. Diplomasi ekonomi harus dijalankan dengan cerdas, tanpa memihak buta pada salah satu kekuatan. Di sisi lain, perlindungan terhadap industri lokal—tanpa jatuh pada proteksionisme berlebihan—perlu terus diperkuat.
Bijak sebagai Konsumen
Harga naik, barang langka, atau produk asing menghilang dari pasar bukan alasan untuk panik. Konsumen Indonesia harus bijak dalam berbelanja dan menyikapi isu-isu perdagangan. Menjadi konsumen cerdas juga berarti mendukung rantai ekonomi lokal agar terus tumbuh dan berdaya saing.
Penutup
Perang tarif China–AS adalah ujian bagi ketahanan ekonomi nasional, dan rakyat Indonesia adalah bagian penting dari jawabannya.
Dengan bersikap bijak, aktif, dan solutif, kita tidak hanya mampu bertahan dalam badai global, tetapi juga memetik peluang untuk memperkuat ekonomi kita sendiri. (*)