HARIAN24.COM - Kondisi pecah pembuluh darah, terutama yang berkaitan dengan stroke hemoragik, sangat memungkinkan untuk dicegah, bahkan pada orang yang sudah pernah mengalami stroke sebelumnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi-Onkologi Medik Dr dr Andhika Rachman Sp.PD-KHOM.
“Pecah pembuluh darah adalah kondisi yang bisa dicegah, bahkan pada mereka yang sudah pernah stroke. Kunci utamanya ada pada pengendalian tekanan darah, gaya hidup sehat, dan pemeriksaan rutin, terutama pada usia lanjut,” kata Andhika, seperti ditulis oleh Antara, Jumat (11/4/2025).
Dalam istilah medis, pecah pembuluh darah umumnya merujuk pada stroke hemoragik, yaitu kondisi ketika pembuluh darah di otak robek atau pecah dan menyebabkan perdarahan dalam jaringan otak.
Faktor risiko utama dari kondisi ini adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi kronis, aneurisma otak atau pelebaran pembuluh darah yang rentan pecah, serta kelainan pembuluh darah bawaan seperti malformasi arteri-vena.
Selain itu, pecah pembuluh darah juga bisa disebabkan oleh cedera kepala, terutama pada lansia dengan pembuluh darah yang lebih rapuh, serta penggunaan obat pengencer darah, kolesterol tinggi, dan gaya hidup tidak sehat.
Kondisi ini tergolong gawat darurat karena bisa menyebabkan kerusakan otak secara cepat. Andhika menambahkan, stroke secara umum terbagi menjadi dua jenis utama, yakni stroke iskemik dan stroke hemoragik.
“Keduanya bisa sama-sama mengganggu fungsi otak, tetapi stroke karena pecah pembuluh darah cenderung lebih berat dan memiliki angka kematian lebih tinggi,” ujarnya.
Cara pencegahan
Untuk mencegah pecah pembuluh darah, termasuk pada pasien yang pernah mengalami stroke, Andhika menekankan pentingnya pengendalian tekanan darah secara rutin minimal sebulan sekali.
Kemudian konsumsi obat antihipertensi secara disiplin, serta pemeriksaan jantung, kadar gula darah, dan kolesterol setiap 3–6 bulan.
Ia juga menyarankan masyarakat untuk memperhatikan pola makan yang sehat, seperti mengonsumsi makanan rendah garam, tinggi serat, cukup protein.
Serta menjaga hidrasi tubuh dan membatasi asupan garam, terutama bagi yang memiliki riwayat hipertensi.
Selain itu, pemeriksaan kondisi pembuluh darah otak sebaiknya dilakukan secara berkala, khususnya bagi yang memiliki riwayat aneurisma atau pernah mengalami stroke, dengan berkonsultasi ke dokter spesialis saraf atau penyakit dalam.
Peran keluarga dan aktivitas fisik
Pencegahan juga tidak hanya terbatas pada aspek fisik. Menurut Andhika, aspek psikologis dan sosial juga penting, terutama pada lansia.
Aktivitas ringan yang menyenangkan dan rutin, seperti jalan pagi, dapat membantu lansia tetap aktif secara mental dan sosial.
Penting juga untuk menghindari stres berlebihan, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol yang berlebihan.
“Edukasi kepada keluarga juga penting agar bisa mendampingi lansia dalam menjaga kesehatannya secara holistik,” tutup Andhika. (*)