HARIAN24.COM , PEKANBARU - Wilayah Provinsi Riau diperkirakan mulai memasuki musim kemarau akhir Apirl 2025.
Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Sultan Syarif Kasim Pekanbaru menyampaikan, pada umumnyan musim kemarau di Riau terjadi pada Dasarian III Bulan Mei hingga Dasarian I bulan Juni 2025.
Pada awal Mei 2025, pada umumnya mengalami masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau.
“Kami mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap perubahan cuaca yang dapat terjadi secara tiba-tiba serta selalu memantau kondisi cuaca melalui laman atau media sosial resmi BMKG," kata Prakirawan BMKG Sultan Syarif Kasim (SSK) Pekanbaru, Bibin S, Senin (28/4/2025).
Memasuki pertengahan Juni, sebagian besar wilayah di Riau mengalami awal musim kemarau, dengan puncaknya diperkirakan berlangsung hingga akhir Juli 2025.
Dijelaskannya, durasi musim kemarau di Riau bervariasi antara 3 hingga 6 dasarian, atau sekitar 1 hingga 2 bulan.
"Sejak dasarian pertama hingga kedua Juni, beberapa wilayah yang terasa panas sudah menunjukkan karakteristik musim kemarau," imbuhnya.
Kendati suhu udara di Riau meningkat, Bibin menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada tercatat suhu ekstrem.
"Suhu tertinggi yang terukur mencapai 35 derajat Celsius, dan itu masih dalam kategori normal untuk wilayah Riau di musim kemarau," kata Bibin.
Ia menambahkan, kondisi ini tetap perlu diwaspadai terutama terhadap dampak kesehatan akibat paparan panas.
Sebagai langkah pencegahan, BMKG mengingatkan masyarakat untuk selalu membawa persediaan air putih, menggunakan pakaian longgar yang nyaman, dan menghindari penggunaan jaket tebal saat beraktivitas di luar ruangan.
"Mengurangi paparan langsung sinar matahari dan menjaga asupan cairan tubuh sangat penting selama puncak musim kemarau ini," tambah Bibin.
Bibin juga mengingatkan bahwa meskipun tren hujan menurun, potensi hujan lokal masih ada, terutama pada masa transisi.
Oleh sebab itu, masyarakat tetap diimbau untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya cuaca ekstrem berskala lokal, seperti hujan lebat, angin kencang, atau petir. (*)