Oleh: Zulfikri Pohan
(Penggiat Aren)
DI tengah tantangan ketahanan pangan dan ekonomi nasional, Indonesia sebenarnya memiliki sumber daya alam yang luar biasa melimpah namun sering terabaikan: pohon aren (Arenga pinnata). Tanaman ini bukan hanya sekadar pohon liar yang tumbuh di tepi hutan atau kebun rakyat, tetapi menyimpan potensi ekonomi besar yang bisa mengangkat kesejahteraan petani dan mengurangi ketergantungan terhadap produk impor, khususnya gula pasir putih.
Aren, Pemanis Sehat dari Alam Tropis
Pohon aren menghasilkan air nira yang bisa diolah menjadi berbagai produk turunan seperti: gula semut (gula kristal organik), gula aren cair, gula cetak (gula merah), cuka aren dan Alkohol/bioetanol.
Kemudian kolang-kaling (buah muda), minyak biji aren. Pakan ternak dari ampas nira, arang aktif dari tempurung.
Serat ijuk untuk kerajinan dan kebutuhan industri. Produk kosmetik dan herbal dari nira dan energi alternatif berbasis biomassa.
Dengan lebih dari 12 produk turunan, aren merupakan pohon multiguna yang menghasilkan nilai tambah tinggi. Bahkan, satu pohon bisa disadap selama 10–15 tahun dengan produksi harian 10–15 liter nira. Potensi pendapatan dari satu batang aren bisa mencapai jutaan rupiah per bulan jika dikelola dengan baik.
Petani Aren yang Sukses: Inspirasi dari Lapangan
Sebagai contoh nyata, Pak Sarno, seorang petani di Desa Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, berhasil mengembangkan kebun aren seluas 1 hektare miliknya menjadi sumber penghasilan utama keluarga. Ia menyadap sekitar 80 batang pohon aren, menghasilkan rata-rata 800 liter nira per hari.
Dari nira tersebut, ia memproduksi gula semut organik yang telah dipasarkan ke Jakarta, Yogyakarta, bahkan ekspor ke Jepang melalui koperasi. Dengan harga jual Rp 25.000 per kilogram, penghasilannya mencapai belasan juta rupiah per bulan, jauh melampaui pendapatan petani padi atau palawija di sekitarnya. Ia bahkan kini menjadi pelatih bagi petani muda yang tertarik mengembangkan usaha serupa.
Contoh lain datang dari Bu Siti Aisyah di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, yang memproduksi sirup aren premium untuk pasar oleh-oleh lokal. Dengan branding yang menarik dan kemasan modern, produknya sudah masuk ke toko-toko besar dan dipasarkan secara daring.
Mengapa Belum Jadi Andalan Nasional?
Sayangnya, hingga kini pohon aren belum menjadi prioritas pemerintah maupun fokus pengembangan petani. Ada beberapa sebab utama:
1. Kurangnya Edukasi dan Sosialisasi
Mayoritas petani belum menyadari nilai ekonomi tinggi dari aren. Budaya sadap nira hanya bertahan di segelintir komunitas adat atau wilayah pedesaan yang masih mempertahankan tradisi turun-temurun.
2. Belum Ada Kebijakan Strategis
Berbeda dengan sawit atau karet yang mendapat dukungan penuh melalui regulasi dan insentif, pohon aren belum masuk dalam komoditas strategis nasional. Akibatnya, pelatihan, pendanaan, dan riset teknologi pengolahan masih sangat terbatas.
3. Teknologi Pengolahan
Tradisional Sebagian besar proses sadap nira dan pembuatan gula aren masih bersifat manual, tradisional, dan melelahkan. Hal ini membuat generasi muda enggan melanjutkan usaha ini, padahal peluang pasarnya sedang tumbuh pesat di dalam dan luar negeri.
4. Aren Belum Masuk Ekosistem Industri
Meskipun sehat dan alami, gula aren belum banyak digunakan dalam industri makanan dan minuman berskala besar. Ini terjadi karena keterbatasan suplai massal yang konsisten dan standar mutu yang belum seragam.
Mendorong Kebangkitan Aren Nasional
Jika pemerintah dan masyarakat mau serius melihat potensi aren, maka langkah-langkah berikut dapat menjadi terobosan:
Menyusun roadmap nasional pengembangan aren sebagai produk unggulan desa dan UMKM.
Memberikan insentif dan pembiayaan mikro untuk petani dan pelaku usaha pengolahan gula aren.
Mengintegrasikan aren ke dalam program food estate atau reforma agraria.
Membangun sentra produksi dan teknologi tepat guna di daerah penghasil nira.
Mengangkat nilai tambah produk aren sebagai pemanis sehat pengganti gula putih yang kini semakin banyak dikritik dari sisi kesehatan.
Kesimpulan: Harta Terpendam yang Harus Diangkat
Pohon aren adalah simbol kemandirian pangan dan ekonomi rakyat. Ia tumbuh tanpa perawatan khusus, ramah lingkungan, dan menghasilkan banyak manfaat. Sudah saatnya pemerintah melihat aren bukan sebagai pohon liar, melainkan sebagai tanaman strategis yang dapat membangun ekonomi lokal dan mengurangi ketergantungan impor.
Dengan dukungan yang tepat, aren bukan hanya mampu menggantikan gula putih, tetapi juga mengantar Indonesia menjadi bangsa yang makmur dari kekayaan alamnya sendiri. (*)